Welcome To "Meutuwahhate" Semoga Berfaedah dan bermanfaat.Kritik dan saran dari siapapun yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Thanks ya sudah berkunjung kesini.

Kamis, 05 Januari 2012

Kisah Lukmanul Hakim dan Keledainya

Cerita ini akan selalu menyentuh hati setiap orang, baik pribadi saya maupun saudara-sausara saya yang seiman dan seagama,
Alkisah, pada suatu hari Lukman Hakim mengajak anaknya ke pasar dengan menuntun keledai. Di jalan mereka bertemu dengan seseorang, Orang itu mengatakan “bodoh sekali bapak dan anak itu, bawa keledai tapi kok tidak dinaiki, malah dituntun”. Mendengar omongan ini, anaknya kemudian naik ke atas punggung keledai.
Di jalan mereka lalu bertemu dengan orang yang lain, orang itu lalu mengatakan ”Durhaka sekali anak itu, masak bapaknya disuruh jalan kaki, sedangkan dia malah enak-enakkan naik keledai”. Mendengar ucapan orang kedua, anaknya langsung turun, dan menyuruh bapaknya (Lukman Hakim) untuk naik ke atas keledai.
Di tengah perjalanan, kembali mereka bertemu dengan seseorang yang lain, sebagaimana kedua orang sebelumnya, orang ketiga ini juga mengomentari “bagaimana sih bapak ini, kok tega ya naik keledai sendiri, sedangkan anaknya disuruh jalan kaki”.
Nggak tahan mendengar komentar ini, anaknya lalu naik ke punggung keledai. Jadilah mereka berdua naik keledai berjalan ke arah pasar.
Seperti sebelumnya, di tengah jalan mereka bertemu dengan orang keempat, orang ini lalu berkata “Tega-teganya bapak dan anak itu, keledai kecil seperti malah dinaikin berdua, dasar tidak punya perikebinatangan”.
Anaknya langsung turun, kemudian berlari dan kembali lagi dengan membawa kayu dan seutas tali. Keledai itu lalu diikat dan dipikul oleh mereka berdua.
Akhirnya mereka sampai di pasar, ternyata ketika dijual keledainya tidak laku, karena tidak ada orang yang mau membeli keledai yang lemah. Sang anak kemudian bertanya kepada Lukman Hakim. “Bapak kan ahli hikmah, yang sering dimintai solusi oleh masyarakat, bagaimana ini yang terjadi dengan kita sekarang?”.
Kemudian Lukman berkata kepada anaknya:
“Wahai anakku, janganlah engkau mengikuti pendapat orang lain yang tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan mereka belaka”
Kemudian dilanjutkannya dengan mengutip kata-kata Ali bin Abu Tholib, ”Dan janganlah engkau mencari kebenaran (al-haqq) dari makhluk, tetapi temukanlah kebenaran (al-haqq) yang dari Rabb terlebih dahulu baru kemudian engkau tentukan siapa-siapa yang barada di sana”
Dari kisah ini, Lukman mengajarkan hikmah pada anaknya mengenai bagaimana seharusnya mengambil keputusan dan bagaimana bersikap atas keputusan yang telah diambil.
Kepada anaknya Lukman mengatakan ”Wahai anakku, sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang-orang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang harus menjadi pertimbangannya”.
Menjadikan Allah sebagai satu-satunya pertimbangan sesungguhnya membuat jiwa tenang dan jauh dari kebimbangan. Bukankan setiap keputusan kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Nya? Bukankan hanya Allah yang kuasa atas baik dan buruk, bahagia dan bencana, sulit dan mudah maupun tenang dan gelisah? Bukankan Allah sendiri telah memberikan Al kitab yang didalamnya tidak ada keraguan petunjuk bagi orang-orang yang beriman?
Hikmah lain yang terkandung, Teruskanlah bekerja demi kepentingan mulia. Jangan hiraukan celaan dan tanggapan-tanggapan jelek orang lain, tapi maafkanlah mereka. Karena tidak ada jalan untuk memuaskan mereka semua.
Ingatlah, kebenaran datangnya dari Allah, melalui informasi wahyu dan ilham. Kebenaran bukan diukur oleh banyaknya orang yang mendukung atau kekuatan yang mempertahankannya. kebenaran tetaplah kebenaran walaupun yang menerima hanya seorang saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar